Tuesday, May 29, 2007

Menerjang rintangan, meraih tujuan dengan meditasi angka
Oleh : Prabhu Darmayasa

Salam kasih,

Barangkali ada yang pernah mendengar tentang keberadaan minuman kekekalan amerta Sanjiwani? Ia adalah minuman spiritual yang dapat membuat orang hidup kekal. Demikian menurut cerita-cerita kuna.

Bersuluh dari cerita-cerita kuna itu, tidak ada salahnya jika kita mentargetkan tujuan kita lahir menjadi manusia adalah untuk mencari intan permata amerta Sanjivani (kekekalan). Tidak seperti kalau kita menginginkan barang-barang biasa, apalagi untuk mendapatkan pecahan-pecahan kaca, yang sangat gampang kita dapatkan di pinggir-pinggir jalan, maka untuk mendapatkan amerta Sanjivani, kita memang memerlukan kekekaran dan tekad yang mantap serta kuat. Dalam hal ini mungkin kita dapat mencontoh seperti halnya Bhima dalam melaksanakan perintah gurunya, tanpa memikirkan apa pun resikonya. Bahkan ia tidak memikirkan niat buruk gurunya yang sebenarnya bertujuan membunuhnya karena gurunya, Eyang Drona. Ceritanya kurang lebih begini.

Suatu saat sang mahaguru Drona yang telah dihasut oleh pihak Kaurawa (diwakili oleh Suyudana atau Duryodhana) untuk menyingkirkan Bhima, karena dirasa selalu menjadi halangan bagi Kaurawa untuk mencelakai Pandawa memerintahkan Bhima untuk mencari air suci Prawitasari (Amerta Sanjivani) ke dasar laut yang sangat ganas, dimana tidak akan ada seorangpun yang bisa selamat kembali hidup-hidup dari sana. Namun Bhima dengan sepenuh rasa hormat dan bakti kepada perintah Gurunya, tanpa berpikir panjang segera menyanggupinya, meskipun para saudaranya telah memperingatkan bahaya yang akan dihadapi Bhima.

Pertama Bhima dikirim ke gunung oleh Drona untuk mencari Amerta Sanjiwani di goa Candradimuka. Drona tahu bahwa di gunung tersebut ada dua raksasa sakti yang bernama Rukmuka dan Rukmakala yang pasti akan membunuh Bhima. Tetapi, kedua raksasa sakti itu akhirnya dikalahkan oleh Bhima. Ternyata kedua raksasa sakti tersebut adalah Dewa Indra dan Dewa Vayu yang terkena kutukan Dewa Shiwa. Kedua Dewa memberitahukan Bhima bahwa di gunung itu tidak ada Air Suci dimaksud. Bhima kembali kepada gurunya. Drona mengatakan bahwa ia hanya menguji Bhima. Sebenarnya Air Suci Sanjiwani itu adanya di dasar laut. Singkat cerita, Bhima menyelam ke dasar laut yang ditunjuk oleh gurunya.
Dan kembali ia menghadapi rintangan yang sangat berat, khususnya oleh serangan Naga Besar dan sakti bernama Nemburnawa. Tetapi pada akhirnya Bhima berhasil mengalahkan Naga Nemburnawa. Bhima memotong dan mencabik-cabik Naga Nemburnawa dengan senjata saktinya, kuku sakti di ibu jari tangannya bernama Pancanaka.

Bhima melanjutkan pencariannya sampai ke dasar laut, menyelam jauh dan pada akhirnya ia melihat satu makhluk bersinar, seukuran ibu jari tangan (Didalam sastra Sanskerta ada disebutkan bahwa ukuran Paramatma, Tuhan Yang Bersthana didalam hati setiap makhluk adalah seukuran ibu jari). Makhluk cemerlang itu yang mirip dirinya, bernama Dewaruci. Melihat keteguhan hati Bhima, Dewa Ruci yang menjadi penguasa tempat di lautan tersebut merasa iba. Dewa Ruci meminta Bhima segera kembali, karena tidak seorangpun manusia yang akan bisa mendapatkan amerta Sanjivani yang dicarinya itu. Namun Bhima dengan tegas menolak kembali kepada gurunya dengan tangan hampa. Ia baru akan mau kembali bila membawa serta amerta Sanjivani ditangannya sebagai persembahan kepada Gurunya, atau memilih mati di dasar lautan jika ia tidak berhasil melaksanakan perintah gurunya.

Kembali Dewa Ruci merasa tertegun dan kagum pada pengabdian Bhima dalam menjalankan perintah Gurunya, meskipun ia sadar sepenuhnya bahwa apa yang dicari sebenarnya adalah hal yang tidak mungkin dilakukan manusia jenis apapun. Akhirnya Dewa Ruci meminta Bhima memasuki dirinya melalui telinga kirinya. Begitu Bhima memasuki diri Dewa Ruci, ia melihat segalanya didalam diri Dewa Ruci. Ia melihat seluruh alam dan isinya didalam diri Dewa Ruci. Bhima sangat terkagum-kagum dan merasa kebahagiaan luar biasa. Juga Bhima melihat berbagai warna yang menunjukkan simbol-simbol sifat manusia dan juga warna putih cemerlang yang menyimbolkan kedamaian sejati didalam diri sendiri terdalam.

Demikianlah, ternyata karena ia melaksanakan perintah guru, maka Bhima menjadi jaya dan berhasil mendapatkan apa yang sebenarnya tidak mungkin dilakukan. Dan dengan perolehan amerta Sanjiwani tersebut ia membantu saudara-saudaranya mengalahkan musuh hebat-hebat di medan perang.

Walaunpun cerita tersebut di "indonesiakan" dari aslinya dalam bahasa Sanskerta, dan mengandung berbagai simbol-simbol indah seperti air suci Prawitasari adalah inti sari pengetahuan spiritual, Rukmuka simbol dari halangan dalam meditasi yang berasal dari makanan serba enak, dan Rukmakala merupakan simbol dari kemewahan harta benda, Naga sakti merupakan simbol dari segala keburukan didalam hati kita dan lain-lain simbol,
tetapi.., mungkin pula tetap muncul pertanyaan di benak kita, "Bagaimana bisa menjadi Bhima? sedangkan saya kurus kering tanpa daya?" Jawabannya adalah: Suatu hari saya diperkenalkan oleh seorang teman di India untuk bertemu seorang temannya bernama Bhima Singh. Mungkin di dalam kepala kita terbayang bahwa orang bernama Bhima Singh itu pastilah orangnya tinggi kekar, gagah perkasa dan berwajah keras, dengan kumis lebat melintang seperti si Jampang jago betawi. Tetapi ternyata setelah bertemu, orangnya pendek, tidak berkumis dan ternyata ia baik hati dan teguh dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

Jadi, untuk menjadi setegar Bhima, ternyata kita tidak mesti mempunyai badan kekar, gagah, dan lain-lain. Tetapi menjadi Bhima berarti, kita mau melaksanakan tugas dari guru dengan teguh dan mantap tanpa memikirkan apa-apa lagi. Ketika guru mengatakan ular, maka apapun yang ada di hadapan kita adalah ular. Ketika guru mengatakan tali...., maka apa pun yang ada di hadapan kita itu adalah tali. Kata-kata guru adalah kebenaran. Tali bisa menjadi ular dan ular bisa menjadi tali.

Begitulah..., dalam meditasi angka kita menginginkan adanya Bhima-bhima dalam jumlah banyak, yang berbhakti pada perintah Guru, yaitu Tuhan YME. Segala perintah Guru Sejati bisa didapatkan melalui buku-buku spiritual, dan juga kalau kita sudah maju didalam meditasinya, ia bisa didapatkan di dalam hati/batinnya sendiri. Dalam hal ini memang diperlukan keberhati-hatian, antara mengkhayal dan pencapaian spiritual. Di sinilah orang kebanyakan akan jatuh menjadi pemain "drama" yang mahir. Sebaiknya, pe-Medang menjadi orang yang sederhana luar-dalam, menghindari jauh-jauh tipu daya dan hanya memusatkan perhatiannya pada penyempurnaan diri tanpa perlu menunjukkan pada dunia bahwa dirinya telah maju dalam spiritual.

Proses pencarian amerta Sanjiwani persis merupakan perjalanan pencarian spiritual lewat meditasi (dan Samadhi). Ia perlu dipelajari dengan pelan serta sangat berhati-hati, demi dapatnya kita bersuluh dengan baik di dalam cerita indah Dewa Ruci tersebut. Meditasi Angka adalah teknik meditasi yang sangat sederhana. Para pe-Meditasi Angka juga dituntut untuk menjadi sederhana dalam segala hal; hidup sederhana, berpikir sederhana, berkata sederhana, bertindak sederhana, tetapi senantiasa tekun menghubungkan dirinya pada Guru Sejati, Tuhan YME lewat "programming" Angka Pilihannya tanpa mengenal bosan dan dengan teguh mengalahkan godaan-godaan serta cobaan-cobaan seperti Bhima mengalahkan penghalang-penghalang sakti untuk mendapatkan Amerta Sanjiwani.

Semoga semua berbahagia.... Sriguru,

Darmayasa

Renungan Mingguan Meditasi Angka
Nomor: DIVINE LOVE / 05 01 07

P e n g a n t a r R e d a k s i
Renungan Mingguan khusus untuk internal ini diedarkan untuk dibacakan sesaat sebelum meditasi bersama, yang dilaksanakan seminggu sekali. Dengan dibacakannya Renungan ini, diharapkan akan dapat dirasakan sebagai kehadiran Guru bersama kita (Tamtam)



Diterbitkan oleh:

Renungan Mingguan Meditasi Angka
Tahun 2007

Alamat: Villa Mahkota Pesona
Jl Mahkota Raya, Blok ii1 No. 18 - Bojong Kulur

No comments: